Literasi

Sejarah Istilah Kompeni (Companie)


Pada 200 tahun pertama masa kolonialisme (1600 – 1800), persatuan Pedagang Belanda (VOC) menerapkan sistem monopoli (monopsoni) dalam membeli komoditi-komoditi perdagangan seperti rempah-rempah (lada dan pala, cengkeh, kopi dan gula), sehingga harganya tertekan karena ditetapkan sepihak oleh VOC. Meskipun VOC tidak sama dengan pemerintah penjajah Belanda, tetapi petani Indonesia merasa VOC mempunyai kekuasaan dan daya-paksa seperti pemerintah juga karena VOC mempunyai aparat “pemerintahan”, bahkan memiliki tentara. Itulah sebabnya Companie diucapkan orang Indonesia sebagai kumpeni yang tidak lain berarti “tentara” yang dapat memaksa-maksa petani menyerahkan komoditi perdagangannya yang “dipaksa beli” oleh VOC.

Sumber: Mubyarto,  Peran Ilmu Ekonomi dalam Pemebrdayaan Ekonomi Rakyat. UGM: Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Vol. 17, No. 3, 2002, 233 – 242


Tanam Paksa (Cultuur stelsel)

Pada tahun 1830 pada saat pemerintah penjajah hampir bangkrut setelah terlibat perang Jawa terbesar (Perang Diponegoro 1825-1830), dan Perang Paderi di Sumatera Barat (1821-1837), Gubernur Jendral Van den Bosch mendapat izin khusus melaksanakan sistem Tanam Paksa (Cultuur Stelsel) dengan tujuan utama mengisi kas pemerintah jajahan yang kosong, atau menutup defisit anggaran pemerintah penjajahan yang besar. Sistem tanam paksa ini jauh lebih keras dan kejam dibanding sistem monopoli VOC karena ada sasaran pemasukan penerimaan negara yang sangat dibutuhkan pemerintah. Petani yang pada jaman VOC wajib menjual komoditi tertentu pada VOC, kini harus menanam tanaman tertentu dan sekaligus menjualnya pada harga yang ditetapkan kepada pemerintah. Maka tidak ada perkembangan yang bebas dari sistem pasar. Selain itu kehidupan rakyat kecil (ekonomi rakyat) makin berat karena penduduk desa yang tidak memiliki tanah harus bekerja 75 hari dalam setahun (20%) pada kebun-kebun milik pemerintah yang menjadi semacam pajak. Produksi pangan rakyat merosot dan timbul kelaparan di berbagai tempat di Jawa. Tanam Paksa adalah sistem ekonomi yang merupakan noda hitam bagi sejarah penjajahan Belanda di Indonesia, meskipun bagi pemerintah Belanda dianggap berhasil karena memberikan sumbangan besar bagi kas pemerintah. Selama sistem tanam paksa kas pemerintah jajahan Belanda mengalami surplus (batig slot). Sistem tanam paksa yang kejam ini setelah mendapat protes keras dari berbagai kalangan di Belanda dihapus pada tahun 1870.

Sumber: Mubyarto,  Peran Ilmu Ekonomi dalam Pemebrdayaan Ekonomi Rakyat. UGM: Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Vol. 17, No. 3, 2002, 233 – 242




Hiperinflasi

Berdasarkan teori ekonomi modern  hiperinflasi terjadi ketika  kenaikan harga yang tidak terkendali dan jumlah uang beredar di masyarakat terlalu banyak yang tidak didukung oleh pertumbuhan output barang dan jasa. Tingkat  inflasi di atas 100% pernah terjadi di negara-negara seperti Perancis, Zimbabwe dan bahkan   Indonesia mengalami hiperinflasi yang sangat tinggi yang puncaknya yaitu tahun 1966 sebesar 1 136 persen. Secara ekonomi penyebab terjadinya inflasi adalah sebagai berikut:

  1. Populasi umum lebih memilih untuk menyimpan kekayaannya dalam aset non-moneter atau dalam mata uang asing yang relatif stabil.Jumlah mata uang lokal yang dimiliki segera diinvestasikan untuk mempertahankan daya beli
  2. Populasi umum menganggap jumlah uang tidak dalam hal mata uang lokal namun dalam hal mata uang asing yang relatif stabil.Harga dapat dikutip dalam mata uang tersebut;
  3. Penjualan dan pembelian secara kredit dilakukan dengan harga yang mengkompensasi hilangnya daya beli yang diharapkan selama periode kredit, walaupun jangka waktunya pendek;
  4. Suku bunga, upah, dan harga terkait dengan indeks harga; dan
  5. Tingkat inflasi kumulatif selama tiga tahun mendekati, atau melebihi, 100%.
Namun demikian penyebab lain dari inflasi adalah ketidakstabilan politik, peperangan dan kesalahan pemerintah dalam mengambil kebijakan ekonomi.
berikut daftar negara yang pernah mengalami inflasi terparah sepanjang masa:
Diolah dari berbagai sumber.

Tidak ada komentar: